“Hari ini aku nggak mau ngaji. Lagi males!” teriak Wildan ketika ibunya mengingatkan untuk bersiap-siap berangkat ngaji.
“Apa-apaan kamu itu! Ayo pergi ngaji, mau jadi apa kalau ngga mau ngaji? Mulai membantah ya sama orangtua?” sahut ibunya dengan lantang.
Sikap membantah dan membangkang tak jarang dilontarkan oleh anak pada orangtuanya.
Hal ini sering ditanggapi dengan emosi oleh para orangtua tanpa mempertanyakan alasannya.
Padahal anak bukanlah robot yang harus selalu menuruti perintah orangtua, tapi pribadi yang sedang berkembang.
Menghadapi kondisi tersebut, alangkah bijaksananya jika orangtua mau instrospeksi diri apakah cara atau sikapnya itu sudah memperlakukan anak dengan hormat dan santun?
Bagaimanapun, sikap anak adalah cerminan dari sikap dan cara yang orangtua tanam pada mereka.
Jangan lantas mem-vonis atau malah menghukum jika tiba-tiba si kecil membantah perintah Anda.
Di sinilah saat tepat agar Anda dapat mengevaluasi lagi bagaimana cara Anda mendidik dan berlaku pada mereka.
Anak-anak terlahir ke dunia dengan naluri untuk belajar tentang apapun dengan cara mencontoh.
Mereka melihat, mendengar, meniru dan kemudian melakukannya dengan gaya mereka sendiri.
Siapa yang mereka contoh? Tentu orang-orang terdekatnya, seperti orangtua, keluarga dan bahkan pengasuh.
Tapi semakin anak tumbuh besar dan kehidupan sosialnya makin luas, kecenderungan mencontoh dari orangtua berkurang. Di sinilah sifat dan karakter anak yang sebanarnya akan mulai terlihat.
Tapi bagaimanapun, pesan atau cara mendidik dari orangtualah yang paling lekat dalam ingatannya hingga ia dewasa.
Jika orangtua memperlakukan anak dengan baik dan menjadi panutan yang positif, anakpun akan membangun sendiri kesan yang baik tentang orangtuanya. Dengan begitu, tanpa dimintapun anak akan berlaku hormat dan patuh pada orangtuanya.
Jangan memberi label atau cap negatif pada anak misalnya nakal, bandel, tak bisa diatur dan semacamnya. Saat anak sedang membangkang, memberontak atau membantah perkataan Anda, jangan cepat-cepat tersinggung jika ini terjadi.
Jiwa anak masih polos, jadi jangan sampai Anda terpikir sifatnya ini dilatarbelakangi keinginan untuk melawan Anda.
Masalah sikap anak yang kerap membangkang atau menyanggah perkataan orangtuanya juga sering terjadi pada anak yang sedang memasuki usia praremaja dan remaja untuk mencari dan membuktikan identitas dirinya.
Jika Anda berusaha ‘melawan’ sikap anak dengan perkataan yang kasar, sudah bisa ditebak anak justru tidak akan ‘melumerkan’ pendiriannya dan menuruti Anda.
Yang terjadi malah sebaliknya, kata-kata dan sikap kasar malah akan membuat anak emosi dan terpacu untuk mencari cara lain untuk membantah Anda.
Yang perlu diingat, rasa hormat bukan dinilai dari apakah dua orang saling menyetujui, tapi hormat akan datang dari bagaimana dua individu bisa bersikap pada saat mereka tidak sepakat.
Ini bukan hanya berlaku pada hubungan Anda dengan orang dewasa saja, tapi juga pada anak.
Salah satu sikap untuk menunjukkan bahwa Anda menghormati anak adalah dengan tidak memaksanya atau mendorongnya berkembang lebih cepat dari yang sewajarnya.
Biarkan anak berkembang menurut usianya dan jangan paksa sebelum waktunya.
Anda cukup mengawasi dan membimbingnya, tanpa harus mendikte apa yang mestinya anak harus lakukan.
Biarkan anak bereksplorasi pada dunianya dan menikmati masa kanak-kanaknya dengan ceria.
Jangan sampai masa balita dan kanak-kanak hanya dipenuhi rasa khawatir dari orangtua dengan berbagai larangan.
Jika Anda selalu khawatir dan melarangnya melakukan sesuatu, kapan anak bisa belajar dan mengembangkan diri?
Tugas orangtua hanyalah memastikan apa yang dilakukannya tidak berbahaya.
“Apa-apaan kamu itu! Ayo pergi ngaji, mau jadi apa kalau ngga mau ngaji? Mulai membantah ya sama orangtua?” sahut ibunya dengan lantang.
Sikap membantah dan membangkang tak jarang dilontarkan oleh anak pada orangtuanya.
Hal ini sering ditanggapi dengan emosi oleh para orangtua tanpa mempertanyakan alasannya.
Padahal anak bukanlah robot yang harus selalu menuruti perintah orangtua, tapi pribadi yang sedang berkembang.
Menghadapi kondisi tersebut, alangkah bijaksananya jika orangtua mau instrospeksi diri apakah cara atau sikapnya itu sudah memperlakukan anak dengan hormat dan santun?
Bagaimanapun, sikap anak adalah cerminan dari sikap dan cara yang orangtua tanam pada mereka.
Jangan lantas mem-vonis atau malah menghukum jika tiba-tiba si kecil membantah perintah Anda.
Di sinilah saat tepat agar Anda dapat mengevaluasi lagi bagaimana cara Anda mendidik dan berlaku pada mereka.
Anak-anak terlahir ke dunia dengan naluri untuk belajar tentang apapun dengan cara mencontoh.
Mereka melihat, mendengar, meniru dan kemudian melakukannya dengan gaya mereka sendiri.
Siapa yang mereka contoh? Tentu orang-orang terdekatnya, seperti orangtua, keluarga dan bahkan pengasuh.
Tapi semakin anak tumbuh besar dan kehidupan sosialnya makin luas, kecenderungan mencontoh dari orangtua berkurang. Di sinilah sifat dan karakter anak yang sebanarnya akan mulai terlihat.
Tapi bagaimanapun, pesan atau cara mendidik dari orangtualah yang paling lekat dalam ingatannya hingga ia dewasa.
Jika orangtua memperlakukan anak dengan baik dan menjadi panutan yang positif, anakpun akan membangun sendiri kesan yang baik tentang orangtuanya. Dengan begitu, tanpa dimintapun anak akan berlaku hormat dan patuh pada orangtuanya.
Jangan memberi label atau cap negatif pada anak misalnya nakal, bandel, tak bisa diatur dan semacamnya. Saat anak sedang membangkang, memberontak atau membantah perkataan Anda, jangan cepat-cepat tersinggung jika ini terjadi.
Jiwa anak masih polos, jadi jangan sampai Anda terpikir sifatnya ini dilatarbelakangi keinginan untuk melawan Anda.
Masalah sikap anak yang kerap membangkang atau menyanggah perkataan orangtuanya juga sering terjadi pada anak yang sedang memasuki usia praremaja dan remaja untuk mencari dan membuktikan identitas dirinya.
Jika Anda berusaha ‘melawan’ sikap anak dengan perkataan yang kasar, sudah bisa ditebak anak justru tidak akan ‘melumerkan’ pendiriannya dan menuruti Anda.
Yang terjadi malah sebaliknya, kata-kata dan sikap kasar malah akan membuat anak emosi dan terpacu untuk mencari cara lain untuk membantah Anda.
Yang perlu diingat, rasa hormat bukan dinilai dari apakah dua orang saling menyetujui, tapi hormat akan datang dari bagaimana dua individu bisa bersikap pada saat mereka tidak sepakat.
Ini bukan hanya berlaku pada hubungan Anda dengan orang dewasa saja, tapi juga pada anak.
Salah satu sikap untuk menunjukkan bahwa Anda menghormati anak adalah dengan tidak memaksanya atau mendorongnya berkembang lebih cepat dari yang sewajarnya.
Biarkan anak berkembang menurut usianya dan jangan paksa sebelum waktunya.
Anda cukup mengawasi dan membimbingnya, tanpa harus mendikte apa yang mestinya anak harus lakukan.
Biarkan anak bereksplorasi pada dunianya dan menikmati masa kanak-kanaknya dengan ceria.
Jangan sampai masa balita dan kanak-kanak hanya dipenuhi rasa khawatir dari orangtua dengan berbagai larangan.
Jika Anda selalu khawatir dan melarangnya melakukan sesuatu, kapan anak bisa belajar dan mengembangkan diri?
Tugas orangtua hanyalah memastikan apa yang dilakukannya tidak berbahaya.
0 Response to "Si Kecil Suka Membantah?"
Posting Komentar